Dalam rangka pelaksanaan Kompas ITB (Kongres Pemuda dan Pasaraya Politik ITB) 2016, KM ITB menggelar talkshow yang bertemakan “Apa itu Mahasiswa? Bagaimana Peran Mahasiswa Dewasa Ini?” pada hari Sabtu (5/11/2016) di Gedung Oktagon, Kampus ITB, Bandung. Pembicara dalam talkshow tersebut ada 2 orang, yaitu Arfi Rafnialdi (Lulusan Teknik Sipil 1996, Advisor Walikota Bandung, Ketua IA-ITB Jabar Periode 2016 – 2020), dan Ridwansyah Yusuf (Teknik Planologi ITB2005, Presiden KM ITB 2009/2010, Co-Founder Bandung Strategic Leadership Forum). Teddy S. Apriana, Menteri Kominfo Kabinet Komando 2016, berkesempatan untuk menghadiri talkshow tersebut atas undangan dari BEM-SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) Jawa Barat. Dalam talkshow tersebut, Arfi Rafnialdi berpendapat, bahwa berorganisasi di kampus bisa memperluas jangkauan pertemanan dan karir di masa depan. Dengan berorganisasi, kita bisa mengetahui masa depan kita nanti seperti apa. Selain itu, beliau menjelaskan tugas mahasiswa untuk bangsa ada 3, yaitu:
Menurut dia, mahasiswa harus memiliki 3 kemampuan untuk bisa mengelola dunia, yaitu hardskill, softskill, dan lifeskill. Hardskill tentu bisa didapatkan dari ilmu-ilmu yang dipelajari di kampus. Softskill bisa didapatkan dari pengalaman berorganisasi di kampus. Dan lifeskill atau idealisme bisa didapat dari ilmu-ilmu di luar ilmu hardskill yang didapat dan sangat mempengaruhi kehidupan. Lifeskill atau ideologi ibarat pohon. Dimana semakin tinggi pohon, maka akar yang terdapat di bawah tanah akan semakin menjalar ke dalam. Setelah mahasiswa memiliki ketiga kemampuan tersebut, maka mahasiswa akan siap untuk mengelola dunia. Dan kampus merupakan tempat terbaik untuk mempersiapkan diri sebagai pengelola dunia. Dalam talkshow tersebut, sempat ada pertanyaan dari panitia mengenai perbedaan kegiatan kemahasiswaan dulu dan sekarang. Dan bagaimana jika ditinjau dari sisi sosial politik. Menurut Arfi sebagai mahasiswa yang pernah merasakan “masa transisi” dari era Orde Baru ke era Reformasi, mahasiswa tidak bisa lepas dari sisi eksternal kampus. Karena mahasiswa merupakan warga negara yang juga warga dunia. Selain itu, mahasiswa dahulu identik dengan perlawanan karena kondisi negara saat itu, dimana rakyatnya bertumpu pada mahasiswa untuk melakukan perubahan. Perbedaan selanjutnya terletak pada komunikasi antara mahasiswa dan pihak institusi kampus, Setelah reformasi baru saja terjadi, pergerakan mahasiswa agak arogan terhadap pihak insitusi kampus karena faktor sejarah pergerakan mahasiswa 1998. Barulah pada awal tahun 2000-an, pergerakan mahasiswa mulai berkolaborasi dengan pihak institusi. Perbedaan lainnya, pergerakan mahasiswa di tahun 80-an didasari oleh kasus yang terjadi di dunia pertanian, seperti kasus kepemilikan tanah, dan lain-lain. Hal tersebut lantaran kondisi mahasiswa tahun 80-an yang mayoritas pekerjaan orang tuanya adalah petani dari berbagai daerah. Tahun 90-an, masalah yang diawasi oleh mahasiswa mulai bergeser ke arah sosial politik karena kondisi masyarakat tahun 90-an yang sudah menuju ke arah masyarakat metropolitan. Namun, ada satu kesamaan yang terdapat dari 2 era pergerakan tersebut, yaitu pergerakan mahasiswa dahulu berkolaborasi dengan pergerakan rakyat. Lain cerita dengan yang dialamai oleh Ridwansyah, yang merasakan kondisi pergerakan mahasiswa setelah reformasi. Pergerakan mahasiswa dulu dan sekarang hampir sama, termasuk masalah kondisi personal mahasiswa, seperti masalah fokus pada akademik, tidak ada dana, kekhawatiran terhadap masa depan setelah kuliah. Hanya yang membedakan adalah perkembangan zaman saat ini. Kondisi personal mahasiswa bisa mempengaruhi pergerakan mahasiswa. Bahkan, setelah reformasi, timbul kegalauan di kalangan mahasiswa yang menimbulkan pertanyaan, “Apa puncak pergerakan mahasiswa selanjutnya?” Dia menambahkan, adanya media dan media sosial juga turut mengubah pergerakan masyarakat saat ini. Karena media, baik media mainstream dan media sosial, ekskalasi (mengumpulkan massa) yang sebelumnya dilakukan oleh mahasiswa, kini orang biasa yang kurang berpengalaman pun bisa melakukannya. Seiring berkembangnya zaman saat ini, dia mempunyai satu pertanyaan besar: Kenapa mahasiswa tidak bisa move on dari metode dan tahapan komunikasi yang lama,walaupun nilai dasar dari pergerakannya masih sama? Dia mencontohkan perubahan metode dari kisah Nabi dalam sejarah Islam yang disinkronkan dengan perkembangan zaman saat itu. Nabi Musa AS yang memiliki mukjizat bisa mengubah tongkat menjadi ular karena pada saat itu ilmu sihir sedang berkembang. Lalu cerita mukjizat Nabi Isa AS yang bisa menghidupkan orang mati karena pada saat itu ilmu kesehatan sedang berkembang. Dan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Quran, bisa terjadi karena pada saat itu dunia sastra sedang berkembang. Dari ketiga mukjizat nabi tersebut, dia berkesimpulan bahwa nilai dasar dari setiap mukjizat tetap sama, yaitu untuk meyakinkan kuasa Allah SWT. Namun cara penyampaiannya dibedakan sesuai dengan kondisi zaman saat itu. Dia juga menyayangkan mahasiswa zaman sekarang yang belum bisa mengembangkan nilai dasar dari sebuah pergerakan untuk dilaksanakan. Dia menambahkan mahasiswa harus berani mengubah metode, tanpa mengubah nilai dasar dari pergerakan tersebut. Dia tidak merekomendasikan untuk melakukan demo, walaupun bukan berarti demo tidak boleh. Mahasiswa harus bisa menyampaikan aspirasi dengan semangat profesionalitas. Tantangan mahasiswa di masa kini adalah bagaimana menggerakkan pemuda untuk membangun bangsa. Jika pemuda di suatu bangsa sangat produktif, maka bangsanya pun bisa maju. Hal itulah yang sedang terjadi di India dan Cina. Untuk menjawab tantangan tersebut, mahasiswa harus bisa merubah metode pergerakan agar peran mahasiswa dalam memecahkan masalah yang terjadi di sekitar kita bisa lebih terasa dan kompatibel di masa kini. Setelah pertanyaan dari panitia dijawab, panitia memberikan kesempatan kepada penonton untuk bertanya. Salah satu penonton bertanya,bagaimana cara menggerakan mahasiswa agar bisa melakukan perubahan? Menurut Ridwansyah, mahasiswa harus bisa mengingatkan kepada pemimpin agar tidak tergoda puji dan puja serta tidak memiliki jiwa megaloman (merasa paling benar). Jika pemimpin tidak bertemu dengan kelompok yang tidak menyukainya, maka “ledakan” akan mudah terjadi. Hal tersebut terjadi saat konflik di Mesir beberapa tahun yang lalu, dimana presiden saat itu lebih memilih untuk bertemu dengan pendukungnya ketimbang bertemu dengan penentangnya yang justru adalah mayoritas. Ada juga pertanyaan dari penonton mengenai cara untuk menjadi seorang pemimpin yang bisa diandalkan? Menurut Arfi, cara untuk menjadi pemimpin dalam sebuah lingkungan adalah menjawab semua tantangan yang hadir. Contohnya dalam kehidupan adalah seringkali orang ingin berbuat perubahan dalam sebuah sistem. Namun, ketika ditawari menjadi pemimpin dalam menyelesaikan sebuah masalah, orang tersebut justru terdiam dan menunggu pergerakan dari orang lain. Publik pun pasti akan lebih melihat hasil kinerja dari orang yang berani untuk menjawab perubahan. Sedangkan menurut Ridwansyah, seorang pemimpin pasti akan menghadapi 3 godaan, yaitu puja, puji, dan jiwa megaloman (merasa paling benar). Karena itu, mahasiswa bertugas untuk mengingatkan pemimpin agar tidak tergoda oleh ketiga godaan tersebut. Ada satu pertanyaan terakhir dari panitia mengenai kondisi pemerintahan saat ini apakah sudah mendukung kebebasan berpendapat. Menurut Arfi, negara kita sekarang ini sudah terlalu demokratis jika dibandingkan dengan masa lampau dimana media dan organisasi pergerakan ditekan pemerintah. Saat ini kita bisa mengumpulkan pendapat dari masyarakat. Tetapi kekayaan pendapat tersebut harus bisa dikelola dengan baik agar tidak terjadi konflik. Sedangkan menurut Ridwansyah, di zaman sekarang ini sudah tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak menyuarakan ide, menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, dan menyampaikan kepedulian kepada mahasiswa. Menurut dia, kesalahan mahasiswa saat ini adalah mereka terlalu fokus pada urusan sosial dan politik. Itu juga menjadi alasan mengapa aktivis mahasiswa terkesan membosankan bagi masyarakat karena mereka hanya fokus pada satu dari berbagai masalah yang ada. Padahal, jika dilihat masih banyak masalah yang terjadi di segala bidang yang belum dikaji oleh mahasiswa. Contoh, masalah tata ruang kota Bandung saat ini harusnya bisa dikaji oleh mahasiswa jurusan tata kota. Atau masalah impor bahan makanan pokok yang harusnya bisa dikaji oleh mahasisawa jurusan pertanian. Setelah talkshow selesai digelar, Ketua Pelaksanan Kompas ITB bersama Presiden KM ITB secar resmi membuka rangkaian kegiatan Kompas ITB. Pembukaan tersebut ditandai dengan membuka bungkusan yang berisi simbol dimulainya pelaksanaan Kompas ITB 2016. Laporan: Teddy S. Apriana, Menteri Kominfo Kabinet Komando 2016-2017 Nasi Goreng, sebuah makanan yang lazim kita temukan setiap hari. Mulai dari restoran kaki lima hingga bintang satu, namanya selalu ada dalam daftar menu. Variannya pun banyak, mulai yang biasa sampai yang spesial. Mulai yang memakai bahan tambahan seperti sosis, hingga yang memakai daging kambing. Yang membedakan tentu saja dari harganya. Pada intinya, nasi goreng hanyalah setumpuk nasi yang diolah dengan minyak, telur, kecap bagi yang suka rasa manis, dan tentu saja, bumbu. Tidak mungkin sebuah sajian nasi goreng bisa nikmat tanpa ditambah oleh bumbu. Jika Anda sering memesan nasi goreng di gerobak kaki lima, Anda pasti selalu melihat tukang nasi goreng mempunyai "semacam" bumbu rahasia yang dimasukkan terlebih dahulu sebelum nasi dan telur. Kadang saya penasaran, apa semua bumbu nasi goreng yang dimiliki oleh tukang nasi goreng gerobak ini selalu sama? Apa mereka sebelumnya menggelar pertemuan antara sesama tukang nasi goreng gerobak untuk menentukan "bumbu rahasia" yang mempermudah mereka saat memasak di mana saja? Sayangnya, saya bukan tukang nasi goreng gerobak. Dan ketika saya tanyakan kepada tukang nasi goreng gerobak langganan saya, dia hanya tersenyum sembari bilang "Ah, itu mah udah rahasia dapur lah dek hehe." Tetapi, yang akan saya bahas di sini bukanlah membahas "bumbu rahasia" nasi goreng tersebut. Lebih baik kita membiarkan "bumbu rahasia" tukang nasi goreng tersebut menjadi sebuah misteri, kecuali jika Anda memang berkeinginan untuk mencari tahu. Saya akan membahas hal yang mirip dengan bumbu nasi goreng, yang jika tidak ada maka rasanya akan hambar. "Bumbu" yang akan saya bahas kali ini adalah Humas, atau Hubungan Masyarakat. Mengapa Humas disamakan dengan bumbu? Karena Humas adalah penyambung lidah sebuah perusahaan atau organisasi kepada masyarakat. Fungsi Humas kurang lebih seperti "bumbu", yaitu mempresentasikan sebuah "rasa" dari suatu organisasi. Maksud "rasa" di sini bukanlah rasa yang biasa kita rasakan dengan lidah kita, melainkan bagaimana pergerakan organisasi tersebut menurut masyarakat. Yup, jika diibaratkan kembali dengan analogi nasi goreng, bumbu adalah bagian humasnya, nasi goreng adalah organisasinya, dan lidah kita adalah masyarakatnya. Apa Anda sudah mengerti maksud analogi yang saya jelaskan? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hubungan adalah keadaan berhubungan atau kontak, sedangkan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Singkatnya, hubungan masyarakat berarti adanya kontak dengan masyarakat. Jika sebuah organisasi tidak memiliki bagian Humas, maka bisa dibilang organisasi tersebut "tidak" memiliki kontak dengan masyarakat. Sebentar, masyarakat mana yang dimaksud di sini? Melihat dari pengertian masyarakat menurut KBBI, masyarakat yang ditangani oleh humas bisa berada di lingkungan yang berbeda. Contoh yang paling dekat dengan kita, masyarakat kampus atau civitas akademika dan masyarakat umum. Keduanya terikat dengan kebudayaan yang berbeda. Civitas akademika dikenal dengan kebudayaan yang terpelajar, sedangkan kebudayaan di masyarakat umum sangat luas dan belum spesifik. Itu kenapa, masyarakat umum menganggap bahwa orang yang sekolah adalah kaum yang terpelajar dan bisa menjadi tauladan bagi lingkungan masyarakat agar lingkungannya menjadi lebih baik. Mengapa sebuah organisasi membutuhkan bagian Humas? Karena bagian Humas merupakan tampilan awal yang dilihat oleh masyarakat dalam melihat sebuah organisasi. Kembali ke analogi nasi goreng, kita bisa melihat bumbu apa saja yang dimasukkan dalam sepiring nasi goreng berdasarkan warna, rasa, dan aroma dari nasi goreng tersebut. Maka, peran bagian Humas dalam organisasi sangatlah penting, karena bagian Humas memperkenalkan tujuan organisasi, kegiatan apa saja yang dilakukan, serta peran serta organisasi tersebut kepada masyarakat. Selain itu, fungsi bagian humas juga menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dengan organisasi, termasuk menanggapi kritik, saran, dan aspirasi dari masyarakat. Tidak mungkin ada organisasi yang terbentuk secara sempurna. Pasti akan ada kekurangan yang dikomentari oleh masyarakat. Sebagai jembatan penghubung, bagian Humas mentransfer aspirasi tersebut kepada organisasi, untuk selanjutnya diolah dan jawaban dari aspirasi tersebut ditransfer kembali oleh Humas kepada masyarakat. Apalagi di zaman media online saat ini, bagian Humas merupakan sebuah komponen wajib yang harus dimiliki oleh organisasi. Sebuah organisasi sudah tidak perlu bersusah payah melakukan sosialisasi dan publikasi melalui media mainstream (seperti media cetak dan media elektronik), cukup dilakukan di media online, maka organisasi tersebut sudah bisa melakukan publikasi dan sosialisasi dengan biaya yang cukup murah, bahkan tak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Menanggapi aspirasi dan menjawabnya pun cukup dengan ketikan jari. Media online di sini tak melulu soal media sosial, melainkan juga situs berita online, website, blog, vlog, dan layanan online lainnya. Nah, bicara soal hubungan masyarakat, saya akan bercerita sedikit soal pengalaman saya mendaftar sebagai mahasiswa di politeknik pertama di Indonesia ini. Saya yakin, pengalaman saya ini juga dialami oleh beberapa pembaca, mungkin Anda juga salah satunya. Dulu, saya ingat betapa susahnya mencari referensi soal Polman. Saya hanya menemui informasi seputar Polman dari situs resminya, itupun juga kurang lengkap. Saya berinisiatif mencari hal-hal seputar Polman di dunia maya. Namun, hasilnya sungguh mengecewakan. Hampir tidak ada konten seputar Polman di dunia maya yang up-to-date. Sangat berbeda jauh dengan politeknik tetangga di Ciwaruga itu. Bagian Humas dari institusinya aktif dalam menginformasikan seputar politeknik tersebut. Tak hanya bagian Humasnya, tetapi mahasiswanya juga aktif dalam memberi informasi seputar politeknik yang nama jadulnya mirip dengan nama jadul politeknik kita tercinta. Tentu saja, sudut pandang yang diambil oleh keduanya berbeda. Bagian Humas dari institusi hanya menginformasikan 100% yang "baik-nya" saja, sedangkan mahasiswanya cenderung menginformasikan 70% yang baik dan 30% yang buruk. Bagi saya, hal tersebut wajar. Namun, sebuah pertanyaan besar timbul dari benak saya: Mengapa informasi seputar Polman jarang diupdate? Dan walaupun ada, hanya sedikit sekali di dunia maya? Akhirnya saya diterima di politeknik ini, dengan segala kekurangan yang saya temui sendiri. Mulai dari sistem perkuliahannya yang terasa seperti "back to school", kewajiban mengikuti organisasi HMJ dan UKM, dan lain-lain. Singkat cerita, saya mengikuti 3 organisasi mahasiswa di sini, yaitu HMJ di jurusan saya, UKM Pers, dan BEM-KM. Dan di BEM-KM ini, saya terpilih menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi, yang didalamnya terdapat 2 divisi utama, yaitu Divisi Kreatifitas dan Divisi Media Sosial. Divisi yang disebut terakhir mengundang pertanyaan bagi saya. "Hmmm kok namanya cuma Media Sosial saja? Apa ini bagian humas di organisasi ini?" Dan dengan kuasa saya sebagai menteri, akhirnya saya mengubah nama divisi tersebut menjadi Divisi Humas dan Media Sosial. Humas di sini berarti menangani hubungan dengan masyarakat di internal dan eksternal kampus, dan Media Sosial menegaskan bahwa divisi ini adalah pengelola media sosial di BEM-KM. Setelah saya merasakan "susahnya" sebagai menteri selama setengah periode, saya baru menyadari sesuatu. Suatu hal yang seharusnya sudah saya rasakan semenjak pertama menjabat sebagai menteri. Suatu hal yang malah harusnya sudah ada sebelum saya masuk di politeknik ini. Hal besar yang dianggap sepele oleh institusi. Yup, saya membicarakan soal kelemahan terbesar politeknik yang kita banggakan ini. Kelemahan yang membuat saya sedikit kesulitan mencari tahu soal politeknik ini. Dan kelemahan tersebut mungkin menjadi jawaban bagi pertanyaan besar saya di 2 paragraf sebelum paragraf ini. Kelemahan tersebut adalah: Politeknik kebanggaan kita ini tidak memiliki bagian Humas. Saya pun membandingkan politeknik tempat saya belajar ini dengan politeknik lainnya di Indonesia. Semua politeknik dan perguruan tinggi di Indonesia sudah memiliki bagian humas. UPI, UI, ITB, Unisba, Unpas, Polban, dan bahkan politeknik nomor 1 di Indonesia saat ini, PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya), juga memiliki bagian humas. Jujur, saya sempat minder dengan politeknik saya sendiri setelah melihat fakta tersebut. Untuk menjawab rasa penasaran saya, saya akhirnya melakukan penelusuran terhadap suatu bagian di institusi yang berkaitan dengan TI (teknologi dan informasi). Karena bagian Humas pasti sangat terikat dengan dunia TI. Saya bertemu dengan mantan Kepala UPT Puskomedia (Perpustakaan, Komputer, dan Multimedia), Pak Yoyok. Beliau mengatakan bahwa memang seharusnya Polman memiliki bagian Humas. Beliau menambahkan, bagian mereka pernah "terpaksa" mengikuti salah satu pertemuan dengan bagian humas perguruan tinggi se-Indonesia. Mereka bisa dibilang "minder" karena mungkin hanya mereka satu-satunya perwakilan dari perguruan tinggi yang bukan bagian humas. Saya juga menemui salah satu karyawan di bagian tersebut, Pak Pramudiya, yang juga menjadi pembina di UKM saya. Beliau setuju dengan pendapat saya, bahwa Polman memang membutuhkan bagian Humas. Beliau mengatakan bahwa sudah lama beliau mengajukan adanya bagian humas di politeknik yang berlambang segi enam ini. Namun, pihak institusi menilai bahwa mereka belum perlu bagian tersebut. Pada suatu kesempatan, saya bertemu dengan pihak direksi, yang waktu itu diwakili oleh Wakil Direktur 2, Pak Aris Budiyarto. Beliau menjelaskan bahwa memang politeknik kita itu unik jika dibandingkan dengan politeknik lainnya, bahkan semua PTN di Indonesia. Salah satu uniknya adalah memiliki UPT Logistik dan tidak memiliki bagian humas. Beliau juga mengiyakan bahwa politeknik kita ini sangat terlambat. Kabar baiknya, beliau menambahkan bahwa saat formasi direksi baru yang akan dimulai akhir tahun ini, sedang dipersiapkan pembentukkan bagian humas di pihak institusi. Agar nantinya pekerjaan humas bisa dikerjakan oleh bagian humas, bukan UPT Puskomedia. Saya pun bisa bernafas lega karena akhirnya ada keinginan dari institusi untuk berubah dan memiliki bagian humas agar tidak kalah bersaing dengan politeknik lainnya di Indonesia. Setidaknya sih, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Yah, walaupun terlambatnya lama sekali. Maka dari hasil penelusuran saya tersebut, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa politeknik kebanggaan kita ini memang tidak memiliki bagian Humas, dan pekerjaan humas di sini malah dilakukan oleh UPT Puskomedia. Itu bisa menjadi jawaban dari pertanyaan besar saya sebelumnya. Namun, bagaimana bisa politeknik ini bisa bertahan selama kurang lebih 40 tahun tanpa bagian Humas? Mungkin, salah satu penyebabnya karena nama Polman belum terlalu tersebar luas dibanding nama PMS-ITB. Yang sangat saya sayangkan, civitas akademika kita masih ada yang belum move on dari nama PMS-ITB. Padahal, nama tersebut sudah tidak dipakai sejak tahun 1995. Saya sendiri pun kadang "terpaksa" mengenalkan nama PMS-ITB kepada orang yang menanyakan tempat saya kuliah dimana, tetapi jika orang tersebut memang tidak tahu nama Polman. Lalu, saya melihat beberapa mahasiswa yang melakukan pencarian dana kegiatan mahasiswa melalui penjualan atribut "tidak resmi dari Polman" yang masih mencantumkan nama PMS-ITB. Dan masih banyak bukti "gagal move on"-nya kita terhadap PMS-ITB. Yup, mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa civitas akademika kita masih belum bisa move on dari nama PMS-ITB. Saya berharap, pernyataan Wadir 2 akan adanya bagian humas di Polman bisa terwujud. Jikalau memang terwujud, saya rasa tugas bagian humas Polman sangat banyak. Selain memperkenalkan Polman ke masyarakat dan mensinergikan komunikasi di internal kampus, mereka juga memiliki pekerjaan rumah yang sudah terlalu lama dipendam selama 20 tahun, yaitu memperkenalkan nama baru PMS-ITB, yaitu Polman, kepada masyarakat. Tugas besar yang juga harus didukung oleh mahasiswanya yang aktif dalam memperkenalkan politeknik kebanggaan mereka kepada masyarakat, tentu saja dengan menggunakan nama Polman, bukan lagi PMS-ITB. Lalu, apa usaha kita sebagai mahasiswa agar dapat memperkenalkan nama Polman kepada masyarakat? Sebagai mahasiswa, kita tidak mungkin memperkenalkan semua yang ada di Polman kepada masyarakat, namun kita bisa memperkenalkan kegiatan kita sebagai mahasiswa di Polman. Itu mengapa, saya menginisiasi sebuah proyek besar yang akan memperkaya informasi seputar mahasiswa Polman di dunia maya. Proyek besar yang mungkin manfaatnya tidak akan terasa dalam jangka pendek, namun saya harapkan manfaatnya muncul dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Proyek besar tersebut saya namai Kominfo KM Polman Bandung 2.0 . Adanya sinergi antara mahasiswa dan institusi dalam memperkenalkan Polman kepada masyarakat, menandakan bahwa politeknik kebanggan kita ini sudah mau menunjukkan diri sebagai pelopor politeknik di Indonesia, yah walaupun pelaksanaannya terlambat. Perjuangan tersebut baru saja dimulai saat ini dan kita lihat hasilnya di masa mendatang. Kita sebagai generasi penggerak pun harus mau untuk menunjukkan kebanggan kita sebagai mahasiswa Polman. Sudah saatnya di zaman serba maju ini, kita mengharumkan nama Polman kepada masyarakat luas, seharum dan sewangi nasi goreng yang baru selesai dimasak. Diketik di Bandung, di bawah langit hitam nan dingin di saat tukang nasi goreng gerobak mulai mencari pundi rezeki, Teddy Sukma Apriana Menteri Komunikasi dan Informasi Kabinet Komando 2016-2017 BEM-KM Polman Bandung Mengetahui Dhani Rhamadani Presiden KM Polman Bandung 2016-2017 Dies Natalis Polman adalah sebuah acara tahunan setiap 24 Maret di Polman Bandung, dimana seluruh warga polman merayakan hari jadinya Polman Bandung. Dies Natalis 39 ini dimulai dengan penampilan dari UKM LSS yang juga meresmikan gedung FE dan pembukaan Porseni yang akan diadakan sampai 1 bulan kedepan. Selanjutnya ada acara coloring oleh mahasiswa masing-masing jurusan dan bersama-sama ikut senam polman bersama seluruh warga polman. Dilanjutkan dengan jalan santai dari Polman sampai pintu masuk Dago Pakar, seluruh warga Polman antusias dengan acara jalan santai ini, walau tidak sedikit yang mengeluh karena track jalannya terlalu jauh dan berbeda dari tahun kemarin. Setelah kembali ke Polman ada lomba tarik tambang mahasiswa, karyawan dan dosen Polman, yang mengembaikan kembali semangat warga Polman setelah lelah berjalan Acara selanjutnya ada di Aula Rupantama dimana ada penampilan dari UKM-UKM yang ada di Polman dan seluruh warga Polman terutama mahasiswa terhibur. Dilanjutkan dengan penampilan putra-putri Polman dan yang menjadi putra-putri Polman 2015 adalah M. Reza Alfath N. dari ME dan Nashratul Millah dari AE. Sebagai penutupan ada penampilan dari UKM Manusia dan doorprize untuk mahasiswa. Setelah edisi cetak Majalah Polman telah terdistribusi ke Keluarga Mahasiswa Polman Bandung 2016, KM Polman Bandung mulai hari ini (20/2/2016) menerbitkan Majalah Polman Ver 2.0 dalam edisi digital (E-Book). Download file digitalnya melalui link di bawah ini. Selamat membaca :)
BEM-KM Polman Bandung kembali menggelar Lomba Mading untuk kalangan pelajar tingkat SMA/MA/sederajat se-Bandung Raya yang bertajuk “Instant Journalistic Thinking 2.0” pada tanggal 24 Oktober 2015 di Aula Rupantama. Tema yang diusung dalam acara ini adalah “From Technology to Society”. Maksud dari tema tersebut adalah penggunaan teknologi secara positif untuk kesejahteraan masyarakat. Jumlah peserta yang mengikuti lomba tahun ini sebanyak 15 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Pada lomba ini, para peserta berkreatifitas untuk mengelola media madding yang sudah panitia sediakan. Selain itu, para peserta juga dilatih kemampuan jurnalistiknya dalam menampilkan konten-konten mading yang sesuai dengan tema. Dan peserta diberi waktu selama 150 menit untuk dapat mengelola mading mereka untuk selanjutnya dipresentasikan kepada tim penilai sari panitia dan dosen dari Unit Sosiomanufaktur. Saat presentasi, mading para peserta dipamerkan seperti dalam ajang pameran, dimana mading peserta dipamerkan diarea khusus dan para penonton serta tim penilai akan berkeliling melihat mading mereka. Beberapa dari mading peserta ada yang menarik perhatian panitia dan penonton dari sekolah-sekolah peserta. Sambil menunggu hasil diskusi pemenang dari tim penilai, para peserta dihibur oleh hiburan music dari UKM Manusia. Tim dari SMAN 10 Bandung A berhasil menjadi juara pertama dalam lomba mading tahun ini, lalu juara 2 dimenangkan oleh tim dari SMAN 6 Bandung dan juara 3 dimenangkan oleh tim dari SMAN 19 Bandung. Para pemenang mendapat hadiah berupa uang tunai, piala, dan sertifikat. Presiden KM (Keluarga Mahasiswa) Polman, M Nuryam Rizal, berharap agar lomba mading tahun depan bisa lebih baik lagi dari tahun ini dan semakin banyak partisipasi dari sekolah-sekolah se-Bandung Raya. Pada NPEO 3 (National Polytechnic English Olympics) 2015 yang diadakan di kota Makassar, Sulawesi Selatan, tim Polman Bandung, melalui UKM Hi-C (Hillarious Club), telah berhasil meraih peringkat 2 pada pertandingan debate yang beranggotakan Fikri Fauzi (3FEB), M. Apriyanto Wijaya (3FEA), Bagja Darajat (3MEA), Zulfa Fadhila (1MEB). Selain itu, tim Polman juga telah mengirimkan delegasi untuk non-debate, yatu speech yang diwakili oleh Ezza Alliya (1FEB), story telling yang diwakili oleh Saptianhadi (1AEB) dan news casting yang diwakili oleh Dia Ginanjar (1FEB).
Penyerahan piala dalam kejuaraan tersebut diserahkan oleh UKM Hi-C kepada Wakil Direktur BIdang Kemahasiswaan, Dadan Heryada W,ST,MT pada hari Jumat (22/5) saat jam kegiatan kemahasiswaan (jam UKM). Harapan dari UKM Hi-C, delegasi Polman tahun depan dapat menjadi juara disemua cabang yang ada pada NPEO 4 yang akan dilaksanakan di Batam, Kepulauan Riau. Europe On Screen diselenggarakan pada tanggal 4-8 mei 2015, bertempat di Auditorium Rinekamaya. Pada pelaksanaan tahun ini, Polman yang diwakili Sanggar Prancis Polman, menjadi salah satu venue yang ditunjuk oleh Institut Francis Indonesia, perwakilan Prancis di Indonesia, dalam penyelenggaraan Europe on screen 2015, bersama dengan venue-venue lain di 6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, dan Medan. Pada acara ini, ditampilkan beberapa film-film Hollywood dari Amerika Serikat. Selain itu, acara ini juga menampilkan film-film pendek hasil karya anak bangsa.
Pada pemutaran European Short Animation Films pada tanggal 7 Mei 2015, Direktur Holland Animation Film Festival (HAFF), Gerben Schermer, turut hadir untuk berdiskusi bersama penonton. Selain itu pada tanggal 5 Mei 2015, perwakilan Kedutaan Besar Ukraina pun hadir dan ikut berdiskusi bersama penonton setelah pemutaran film The Guide. Acara ini juga ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Bandung, seperti UPI, Unisba, Unpad, ITB, dll. Hal tersebut terlihat dari antusias para penonton di tiap pemutaran film. UKM Manusia (Manufactur Music Assosiation) kembali mengadakan Indiefest 2015 yang dilaksanakan didepan Bengkel Manufaktur. Tempat penyelenggaraan Indiefest tahun ini berbeda karena dilaksanakan diluar ruangan (outdoor), tidak seperti tahun kemarin yang dilaksanakan di Aula Rupantama. Indiefest tahun ini menampilkan penampilan dari UKM LSS, UKM SBM, UKM Manusia, band-band dari mahasiswa Polman, dan bintang tamu dari band-band indie Bandung. Untuk penampilan band-band dari mahasiswa Polman, diadakan live audition yang dinilai oleh dewan juri. Penilaian dalam live audition ini berdasarkan penampilan dan harmonisasi para peserta dalam memainkan alat music. Acara ini sekaligus menutup serangkaian kegiatan Porseni Polman yang telah diselenggarakan selama bulan April. Para pemenang lomba-lomba yang diadakan oleh Ormawa di Polman Bandung selama Porseni berlangsung diundang untuk menerima piala dan penghargaan lainnya. Tak mau ketinggalan, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dari tiap jurusan, serta Kementrian Luar Negeri BEM ikut serta dalam Indiefest. Mereka menggelar stand didekat panggung Indiefest untuk berjualan aneka macam makanan, minuman, jersey. Ditiap stand HMJ, ditunjukkan juga cirri khas dari tiap jurusan , seperti stand HMTPL (Himpunan Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam) yang menunjukkan barang hasil pengecoran logam, dan stand HIMAMO (Himpunan Mahasiswa Mekatronika), yang menampilkan Wi-PLC (Wireless PLC) yang bias dikendalikan via smartphone yang memiliki web browser. Melalui kegiatan Indiefest tahun ini, UKM Manusia berharap agar mahasiswa Polman dapat menyalurkan bakat-bakat mereka dalam bermain musk, baik didalam maupun diluar kampus. Tujuan tersebut selalu menjadi dasar mereka dalam menyelenggarakan Indiefest, dengan pengemasan tema yang berbeda-beda tiap tahunnya. Pada hari Jumat, 27 Maret 2015, kampus tercinta kita merayakan dies natalis yang ke-38 tahun. Walaupun Polman Bandung sebenarnya jatuh pada tanggal 24 Maret, namun pihak Polman menjadikan hari Jumat itu untuk merayakan Dies Natalis ke-38. Dengan mengusung tema “Polman Berwarna”, pada dies natalis kali ini ada sesuatu yang berbeda daripada dies natalis tahun-tahun kemarin, yaitu diadakannya colouring dan Pemilihan Putra Putri Polman. Acara dimulai pukul 7.30 WIB, dimulai dengan penampilan dari UKM SBM (Seni Budaya Minang) sebagai penyambutan jajaran direksi Polman Bandung. Lalu Direktur Polman Bandung, Dr. Isa , memberikan sambutan sekaligus meresmikan gedung bengkel baru jurusan Teknik Manufaktur. Peresmian gedung bengkel baru ditandai dengan pembukaan tirai yang menutup tulisan “Jurusan Teknik Manufaktur” pada gedung tersebut dan penyerahan secara simbolis kunci gedung kepada Kepala Jurusan Teknik Manufaktur, . Kemudian dosen memimpin doa untuk mengenang dosen-dosen yang telah tiada selama 1 tahun ke belakang kemarin. Suasana pun berlangsung khidmat. Pada acara Dies Natalis ini, Wakil Direktur 3 Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dadan bersama Presiden KM (Keluarga Mahasiswa), Muhammad Nur Syam Rizal, membuka pelaksanaan PORSENI (Pekan Olahraga dan Kesenian) yang akan diselenggarakan oleh hampir semua Ormawa (Organisasi Mahasiswa) di Polman Bandung. Untuk memeriahkan acara dies natalis pagi itu, terdapat penampilan UKM LSS (Lingkung Seni Sunda), flash mob, dan colouring. Acara colouring ini menyesuaikan dengan tema Dies Natalis kali ini. Bubuk-bubuk colouring yang dibagikan kepada mahasiswa di semua jurusan, mewarnai lingkungan kampus Polman Bandung yang biasanya identik dengan “lingkungan industri”. Jam 9.00 WIB, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan Jalan Santai mengelilingi lingkungan sekitar Polman Bandung. Para mahasiswa berjalan sesuai rute yang telah ditentukan oleh panitia. Suasana ketika Jalan Santai berlangsung aman dan tertib hingga rangkaian acara sesi pertama selesai pada pukul 10.30 WIB. Rangkaian acara sesi kedua diselenggarakan di Aula Rupantama pada pukul 13.30 WIB. Meskipun hujan mengguyur kawasan Polman saat sebelum acara dimulai, namun antusiasme para mahasiswa untuk mengikuti serangkaian acara Dies Natalis tetap tinggi. Pada rangkaian acara sesi kedua ini, terdapat penampilan dari HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), UKM Manusia, UKM PSM (Paduan Suara Manufaktur), dan Angklung, untuk menghibur mahasiswa. Dan sebagai pembeda dari acara Dies Natalis yang pernah diselenggarakan Polman, pada Dies Natalis tahun ini, Polman Bandung menyelenggarakan Pemilihan Putra Putri Polman yang bertujuan untuk mencari mahasiswa dan mahasiswi bertalenta dan mampu memperkenalkan Polman kepada masyarakat luas. Dewan juri dalam pemilihan ini adalah Ibu Pipit Anggraeni, Bapak Ruminto Subekti, dan . Bakat dan pengetahuan peserta tentang Polman Bandung diuji oleh dewan juri melalui beberapa babak. Setelah semua babak dilewati, dan atas pertimbangan dewan juri, akhirnya Aldi dari jurusan Teknik Pengecoran Logam dan Hilda Khoerunnisa dari jurusan Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika terpilih sebagai Putra dan Putri Polman 2015. Tak terasa, sudah 38 tahun kampus tercinta kita berdiri. Berawal dari kerjasama Indonesia dan Swiss dalam dunia pendidikan, kini Polman Bandung sudah terkenal di masyarakat sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan-lulusan yang kompeten dalam industri manufaktur. Semoga keberadaan Polman selama 38 tahun ini dapat menjadi wujud anak bangsa dalam pembangunan bangsa. Rumah Edukasi KMI atau yang biasa disebut dengan REDUKSI KMI merupakan salah satu kegiatan yang berdiri di bawah naungan UKM KMI. Rumah Edukasi berdiri sejak tahun 2012, awal mulanya berasal dari kegiatan rutin UKM KMI yaitu Bakti Sosial yang dilaksanakan di POLMAN dan dihadiri oleh anak-anak SD hingga SMA yang masih berasal dari masyarakat kawasan kampus POLMAN. Sehingga pada setiap hari minggu anak-anak tersebut rutin hadir ke POLMAN untuk belajar bersama. Maka dibentuklah kegiatan belajar mengajar Rumah Edukasi ini. Kegiatan ini sudah dijalankan dalam dua periode dan sedang menuju ke periode selanjutnya, ketua periode pertama adalah Muhammad Tasukron ( D4 Teknik Manufaktur) dan sekarang periode kedua diketuai oleh Eza Tahrizi Adli (3 TM). Kegiatan biasanya bertempat di masjid Ilman Hadiid, tetapi kadang pula materi disampaikan di tempat lain seperti aula Rupantama, lembah POLMAN dan di luar kampus seperti museum geologi, Taman Hutan Raya Juanda dan tempat lainnya. Pembelajaran biasanya dimulai dari pukul 09.00 pagi hingga Ba’da dzuhur. Jumlah anak-anak yang hadir biasanya memang tidak terlalu banyak kisaran 10 hingga 15 orang. Tim pengajar pun kurang lebih 8 orang dan semuanya merupakan anggota dari UKM KMI. Sistem pembelajaran yang dilakukan yaitu gabungan antara Pengetahuan Agama dan Pengetahuan Umum. Setiap pertemuan pasti di awali dengan shalat Dhuha, Tilawah bersama, Mengerjakan PR masing-masing, belajar bersama sebelum UTS, UAS, UN atau pemberian materi. Materi yang pernah disampaikan yaitu seperti Sejarah Nabi, Tazwid, praktikum ipa mengenai listrik, praktikum penjernihan air, Motivasi Hidup dan sebagainya. Meskipun kegiatan diadakan pada hari minggu/hari liburnya setiap mahasiswa. Namun bagi kami sebagai tim pengajar kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan karena sesuai dengan motto kami “Berbagi Ilmu itu Indah”. Created by : Sri Mulyati
Posted by : Dimas Aditia |
Kementerian Kominfo
Kementrian yang berfokus pada kemajuan informasi dan komunikasi Keluarga Mahasiswa Polman Archives
November 2016
Categories
All
|